Friday, May 2, 2008

Kopi kopi di sekitar kita

Aku salut banget ama orang yang nemuin *artinya tahu gunanya pertama kali* namanya......KOPI.
Aku sendiri bukan termasuk coffe drinker, karena aku nggak terlalu suka kopi, agak pusing kalau abis minum. Tapi aku suka banget ama baunya.

Coba liat ya, dibelahan bumi bagian manapun pasti kenal yang namanya kopi, ada yang diminum sebagai 'ritual' yang wajib, diwaktu waktu tertentu *pagi misalnya*, ada yang untuk perawatan tubuh, ada yang faktor conditional aja, misalnya biar nggak ngantuk*hallo para mahasiswa dan bapak sopir*, atau yang cuma buat gaya hidup *biar bisa ngafe di cafe yang bikin naik gengsi*.

Macam dan keturunannya juga macem macem, dari black coffe, kopi pakai cream, ampe cappucino *dan masih banyak lagi, aku nggak terlalu banyak tahu*.
Ada yang diminum dingin , juga panas. Ada yang dateng dari Sumatra, Brazil dsb, Ada yang berjenis Arabica dan Robusta *Have no idea*.

Ada orang yang minum kopi kaya minum air putih, nggak kira kira banyaknya, dan nyruputnya, tapi justru itu mungkin kenikmatannya. Ada yang minumnya dinikmati, pelan pelan, ini pasti berlaku sekali untuk kopi yang satu cangkir minimal Rp 30 000 atau lagi nyari inspirasi.

Adik laki lakiku *Allo Fer* adalah tipe orang yang nggak bisa nggak harus minum kopi, dipagi hari, Black coffee. Dan dia tipe orang yang justru makin banyak kopi makin nikmat, kaya minum air putih saja. Dulu suamiku waktu kuliah S1 juga kaya gitu katanya. Duluuuuu banget katanya ibuku juga begitu, tapi sekarang ibuku nggak lagi.

Suamiku sekarang nggak terlalu minum kopi, kalau nggak perlu sekali dia jarang minum kopi, favorit dia cappucino *jadi ingat novelnya Icha Rahmani yang uda difilmin*.
AKu nggak terlalu suka banget, tapi kadang kalau lagi nemenin suamiku ke Starbuck *Berasa ninggin gengsi banget ya nyebutinnya* , aku suka yang ada unsur unsur coklatnya, kaya Frapuccino.

Kita bisa nemuin dan minum kopi di warung warung ala 'Mak Tika' (baca kaki lima), yang ini langganan suamiku waktu kuliah S1, sambil cangkrukan dengan harga mulai Rp 500 per gelas sampai di Cafe kaya Starbuck, Gloria Jeans , Java Coffee atau di lobby bintang 5 yang per gelasnya paling sedikit Rp 30 000, cuma untuk satu cangkir kecil. tapi aku yakin yang kita bayar di tempat tempat hip itu bukan hanya kopinya, tapi juga suasananya, bisa ngobrol, hang out ama teman atau saudara, bisa meeting, bisa internetan gratis...ups.

Suamiku pernah bilang walaupun misalnya dia punya pendapatan yang lumayanpun, dia merasa sayang kalau harus tiap hari mampir ke Starbuck dan sebangsanya *apalagi kalau di Indo*. Kalau cuma buat sekali kali bisa ditolirer, karena menurut suamiku, bagi orang yang nggak terlalu coffee mania pada akhirnya hanya buat memperkuat gaya hidup konsumerisme yang nggak penting. Kecuali kalau kita kesana untuk meeting yang bisa menghasilkan kebaikan. But , sekali lagi ini hanya pendapat kami.

Kalau di negara maju buat nongkrong di cafe cafe kaya gitu emang bukan suatu hal yang terlalu istimewa (kecuali ke club club)selain karena kebutuhan mereka dan atmosfirnya, tapi juga emang benar benar terjangkau untuk orang biasa *$ 4 saja* yang sama aja kalau kita beli dan minum teh botol atau aqua.
Itu sebabnya aku berani bilang bahwa emang kita orang di Indo*me, one of them* kalau harus ngafe selain untuk mendukung kerjaaan (meeting dan sebagainya) dengan mahalnya harga kopi di tempat tempat tersebut, dibanding dengan pendapatan kita dalam rupiah, pada akhirnya hanya mengejar ke prestisius annya. Selain karena segala alasan lain dan kenikmatannya yang aku sebutin diatas.

Tapi ada satu kopi yang nggak cuma enak di lidah dan tenggorokan, tapi juga di badan, namanya KOPI DANGDUT.......tarik mang!!!!!

No comments: