Thursday, June 11, 2009

Tentang Bapak

Pengin cerita sedikit tentang Bapak. Dia itu bisa dibilang family man sejati.

Karakternya yang pendiam itu bertolak belakang banget sama Ibu. Ibu itu orang yang 'gaul' abis, organisasi, pengajian kampung, kantor, you named it.....

Kalo dibandingin dengan aku sekarang, jelas orangtuaku beda banget. Ibuku orang yang sibuk banget, keluar kota, organisasi, kayanya udah kaya rutinitas buat dia (waktu masih aktif kerja).
Beda banget dengan ibuku, bapak lebih suka tinggal di rumah, dan nggak jauh jauh dari anak anak.
Karena kebetulan rumah dinas bapakku, selalu berhadapan dengan kantornya (kebetulan dia kepala wilayah), jadi dia punya banyak waktu, dan lebih telaten ngurus anak.

Karena kesibukan ibu, seingatku kami dulu dibantu oleh 2 asisten. But, for your information, bapakku tidak menabukan yang namanya belanja ke pasar atau memasak (he was a good chef).

Sementara ibuku, baru sejak pensiun dia rutin masak, atau pergi ke pasar, soal kebutuhan rumah tangga , bapak lebih jago, dan ibu mengakuinya.

Selama hidupku, aku nggak pernah mendengar bapak ngeluh sakit. Dia masuk rumah sakit cuma untuk operasi usus buntu (aku masih kecil), kecelakaan volliball, hidungnya patah (aku masih SD) ,strok ringan (aku dah kuliah). Tapi sejak pensiun beberapa kali masuk rumah sakit. Sampai saat terakhir, walaupun terlihat kepayahan, sedikitpun tidak pernah mengeluh. Dan itu berusaha aku tiru ketika aku melahirkan, walaupun bermasalah dan sakit, aku berusaha tidak mengeluh.


Selain istri dan anaknya dia sangat sayanag pada ibunya. Sejak ibunya meninggal 5 tahun yang lalu, dia jadi semakin pendiam.
Karakter yang pendiam, tanpa mau mengungkapkan sesuatu , kadang kadang berakibat buruk pada dirinya, itu yang membuat bapak, 3 tahun terakhir, selama aku tinggal di Oz, semakin memburuk kondisinya. Penyumbatan pembuluh otaknya, membuat dia terkena Alzimer. Sampai pada puncaknya ketika kami semua sedang sibuk merawat ibu yang dalam perawatan cancer, semakin membuat dia drop.

Saat Izhhar lahir, dimana waktu itu aku tinggal di rumahnya, karena suamiku sudah berangkat di Medan. Beliau ikut turun tangan menjaga Izhhar bersama ibu dan Mbah Yayi, karena kondisiku pasca melahirkan yang kurang baik. Dia bahkan tidak sungkan menggendong cucunya ke kantor, ketika ibu kerja, sementara aku butuh istirahat. Sambil menggendong cucunya, kadang kdang dia memimpin rapat, tanpa canggung. Aku nyaris nggak pernah melihat dia menyanyi, kecuali ketika bapak menggendong anakku yang rewel, dan ajaibnya anakku menyukainya, sampai akhirnya tidur.

Buat kami, dia bapak yang sangat care, perhatian, disiplin dan sangat bertanggungjawab. Lepas dari segala kekurangannya kami semua bangga pada Bapak.

Ya Allah semoga, Engkau berkenan menempatkan Beliau di sisimu, mengampuni segala dosanya. Amin,Amin,Amin Yaa Robbul Allamin.

No comments: