Thursday, June 4, 2009

Aku dan Pasar Tradisional

Dulu waktu aku belum nikah pernah liat acara apa gitu di TV, tentang pengakuan Dorce, bahwa setiap dia datang ke suatu tempat yang baru, yang selalu didatangi adalah pasar tradisional. Pada saat itu di otakku (yang notabene yang masih merasa penting untuk tidak berpikir tentang printilan ibu ibu) cuma melengos, nggak penting banget.

Pas aku pindah di Medan, pasca melahirkan, alkisah bertemulah aku pada ibu Aidil. Dia hobby banget jalan jalan ke pasar, karena tidak terlalu banyak kesibukan, kadang kadang aku ikut. Pada awalnya tidak terlalu tertarik, lama lama entah mengapa aku merasa suka. Aku percaya di setiap kota selalu saja ada sentral sentral dari kebutuhan masyarakat.

Seperti di Medan kalau pengin nyari kain yang bagus, murah sampai yang mahal, baju muslim, jilbab, sprei dan produk produk garmen lainnya, Pajak Ikan tempatnya.

Kalau mau mencari baju yang murah meriah juga belanja kebutuhan sehari hari ada Pajak Petisah.

Kalau mau mencari produk plastik, mainan anak dan tas tas import ada di jalan Palangkaraya atau pajak Hongkong.

Keperluan rumah Tangga? Pajak Sambas.

Monja? Monginsidi Plaza, alias baju baju bekas dari korea juga ada.

Dan masih banyak lagi. Itu baru di satu kota.
Makanya aku itu hobby banget explore ke pasar pasar yang emang udah beken atas barang barangnya, yang kadang kadang harus melawan omelan suamiku, karena dia agak kuatir sama keamananku. Makanya dia sangat rela menemani kalau lagi libur. But, just for your information those are worth to do /go.

No comments: